Presiden Jokowi: Perlambatan Ekonomi Jadi Peluang Lakukan Reformasi

maiwanews – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, kesulitan yang saat ini dihadapi Indonesia dengan adanya perlambatan ekonomi, sebenarnya menyimpan peluang meraih keberhasilan yang lebih besar.

Hal itu diungkapkan Presiden Jokowi ketika tampil menyampaikan Policy Speech di Brookings Institution, sebuah kelompok pemikir di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Selasa (27/10/2015) pagi waktu setempat.

“Saya melihat perlambatan itu (ekonomi) sebagai suatu peluang. Peluang untuk melakukan reformasi,” kata Presiden Jokowi.

Presiden Jokowi menjelaskan, ada banyak tantangan dalam reformasi yang dihadapi bangsa Indonesia, salah satunya adalah infrastruktur yang tertinggal seperti pelabuhan, waduk, dan tol.

Menurut Jokowi, Indonesia saat ini sedang menggalakkan pembangunan infrastuktur secara progresif. Seiring dengan itu lanjut Jokowi, pemerintah juga memberikan perhatian pada reform yakni membebaskan sektor privat baik domestik maupun luar kebijakan yang tidak berpihak, perizinan yang berbelit-belit dan misguided protectionism yang selama ini menyulitkan banyak perusahaan dan industri.

Jokowi menyampaikan, sekitar tujuh minggu yang lalu, Pemerintah Republik Indonesia sudah meluncurkan Paket Kebijakan 1 yang meliputi 134 peraturan dan regulasi, dimana pemerintah akan merevisi, merasionalisasi, dan meniadakan. Lalu 3 minggu yang lalu kata Jokowi, dikeluarkan Paket deregulasi 2, dilanjutkan 3, 4, 5, dan sekarang kita sedang mempersiapkan yang ke 6.

“Kalau kita melihat lebih jauh sistem perizinan dan peraturan, kita akan melihat bahwa itu inkonsisten, misguided, dan bahkan kebijakan yang tidak masuk akal,” kata Presiden Jokowi.

Presiden menilai, rasionalisasi dan deregulasi kebijakan adalah sesuatu yang akan dilakukan pemerintah dengan komitmen penuh ke arah kebijakan yang berkelanjutan. Sebagaimana pembangunan infrastruktur sambung Jokowi, akan memperoleh momentum dan mencapai kecepatan penuh dalam bulan-bulan ke depan.

Sebagai bukti keseriusan dalam mereformasi perekonomian lanjut Jokowi, dirinya mengumumkan keinginan Indonesia bergabung dalam TPP (Trans Pacific Partnership (TPP) atau pakta perdagangan antar-negara-negara di Asia Pasifik yang meliputi 12 negara, yaitu AS, Jepang, Brunei, Chile, New Zealand, Singapura, Australia, Kanada, Malaysia, Meksiko, Peru, dan Vietnam.

Ditambahkan Presiden Jokowi, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama agak terkejut mendengar keputusan Indonesia tersebut.