Anggota DPR: Pemerintah Harus Kejar Pemerataan, Bukan Hanya Pertumbuhan

maiwanews – Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan menyerukan kepada pemerintah agar tidak hanya fokus pada upaya mengejar pertumbuhan tinggi tapi juga pemerataan. Menurut politisi Partai Gerindra tersebut dalam rilisnya Kamis 26 Januari, tidak ada gunanya pertumbuhan tinggi jika tidak dibarengi pemerataan, bahkan hanya menciptakan ketimpangan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 4-5% disebut kurang membahagiakan. Meski diakui bahwa ekonomi global turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik, namun pemerintah dihimbau tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tapi juga pemerataan.

Perhatian serius pemerintah diperlukan pada soal ketimpangan wilayah investasi antara Jawa dan Luar Jawa. Berdasarkan data September 2016, realisasi investasi di luar Jawa mengalami peningkatan, tapi investasi masih terpusat di wilayah Jawa.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam rilisnya Rabu 25 Januari menyebutkan sepanjang tahun 2016, realisasi investasi di luar Jawa sebesar Rp 284,1 triliun atau 46,4 persen dari realisasi investasi keseluruhan. Jumlah tersebut meningkat sebesar 14,2 persen dibanding tahun sebelumnya.

Menurut Heri, pertumbuhan ekonomi selama ini masih didorong oleh konsumsi domestik yaitu sebesar 56% dari total PDB. Peningkatan rasio investasi harus dibarengi dengan pemerataan distibusi. Pada tahun 2016 realisasi investasi asing secara sektoral lebih banyak ke sektor perindustrian yaitu sebesar 78,97 persen, kemudian sektor keuangan 5,50 persen. Adapun sektor produktif pertanian perkebunan, dan kelautan, masih sangat rendah, yaitu di bawah 5%.

Terkait defisit transaksi berjalan, Heri mengatakan pemerintah tengah berupaya menurunkan defisit tersebut. Laporan BI menyebutkan defisit transaksi berjalan (current account deficit / CAD) turun menjadi 1,8% dari PDB atau 4,5 miliar dollar AS pada kuartal III 2016. Angka ini membaik dibandingkan 2,2% dari PDB atau 5 miliar dollar AS pada kuartal II 2016.

Penurunan defisit transaksi berjalan ditopang kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas sejalan dengan meningkatnya harga ekspor komoditas primer dan menurunnya impor nonmigas, serta menyempitnya defisit neraca perdagangan migas seiring dengan meningkatnya ekspor gas. Namun, membaiknya necara perdagangan bukan karena terjadi kenaikan ekspor, tapi karena penurunan impor. (m004/DPR/mh)