
maiwanews – Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan bagaimana negara itu mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi di tengah hantaman sanksi Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya. Sanksi Barat dijatuhkan setelah pasukan Rusia menyerang wilayah Ukraina sejak 24 Februari 2022.
Akibat sanksi, Rusia mengalami penurunan PDB (Produk Domestik Bruto) tertinggi pada bulan Juli 2022. Hal ini disampaikan Presiden Putin dalam pidatonya pada Sidang Paripurna Kongres RSPP (Russian Union of Industrialists and Entrepreneurs) di Moskow hari Kamis (16/03/2023) waktu setempat.
Ia meyakini penurunan PDB saat itu mencapai 4,7 persen. Sebulan kemudian, ekonomi Rusia dikatakan telah beralih ke pertumbuhan. “Kita melihat tren positif dalam ekonomi Rusia semakin menguat; pada kuartal kedua tahun ini, kami memperkirakan peningkatan PDB signifikan dibandingkan tahun lalu”, ungkap Presiden Putin.
Bagaimana ekonomi Rusia bertahan dari sanksi Barat? Dalam pidatonya, Presiden Putin menyampaikan, penyebab pertama adalah keberhasilan Rusia mengkompensasi penutupan pasar oleh Barat. Moskow juga memperluas kontak perdagangan luar negeri Rusia dengan negara-negara di kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
Sebagai referensi, Presiden Putin menyampaikan, perdagangan luar negeri Rusia secara keseluruhan pada tahun 2022 melonjak 8,1 persen menjadi $850 miliar, termasuk ekspor dengan nilai hampir 20 persen, 19,9, dengan impor turun hampir 12 persen (11,7). Surplus neraca perdagangan adalah $332 miliar, atau 70 persen lebih banyak dibandingkan tahun 2021.
Kedua, permintaan domestik tumbuh cepat. Para ahli memperkirakan bahwa pada bulan April, tingkat pertumbuhan ritel setidaknya akan mencapai 5 persen, dan ini adalah angka sebenarnya.
Lonjakan ini bukan tidak disengaja. Para ahli mencatat bahwa permintaan domestik telah memasuki lintasan pertumbuhan jangka panjang dan berkelanjutan. Ini didasarkan pada stabilnya pasar tenaga kerja kita, gaji dan pendapatan masyarakat lebih tinggi, dan penurunan inflasi.
Pada akhir Maret, inflasi seharusnya berada di bawah 4 persen. Pakar berbeda memiliki pendapat berbeda. Beberapa dari mereka mengatakan itu akan menjadi 4 persen, sementara lainnya mengatakan lebih sedikit, dan lainnya lagi mengatakan lima.
Ketiga, tahun lalu otoritas Barat meminta perusahaan mereka meninggalkan pasar Rusia. Saat itu, analis asing memprediksikan Rusia akan mengalami depresi dan penurunan sektor konsumen.
“Mereka menjanjikan kami rak-rak kosong di toko-toko. Kekurangan besar barang dan runtuhnya sektor jasa. Namun, hidup mengambil jalan berbeda. Sekarang negara-negara Barat sendiri telah menghadapi masalah ini sepenuhnya”, ucap Presiden Putin.
Presiden Putin menyebutkan, bumerang atas kebijakan tersebut sampai pada titik di mana para pemimpin mereka menyarankan agar warganya makan lobak daripada selada dan tomat. “Lobak adalah produk bagus, tetapi untuk mendapatkannya, mereka harus datang kepada kami karena panen kami jauh lebih besar daripada tetangga kami di Eropa”, papar Presiden Putin. (z/Kantor Kepresidenan Rusia)
Pemprov Sulsel Tengah Tangani Ruas Jalan Antang
Kondisi Moskow Setelah Setahun Rusia Terkena Sanksi Akibat Perang
Indonesia Lanjutkan Bantuan Kemanusiaan untuk Turki Pascagempa
Andi Sudirman: 14 dari 718 Bahasa Daerah di Indonesia Berada di Sulsel
Pertimbangkan Gabung Golkar, Ridwan Kamil: Mudah-mudahan Tahun Ini