Sri Mulyani: Dana Asing Keluar Indonesia Capai Rp 167 Triliun

20220829-joko-widodo-jokowi-peluncuran-kkp-qris-prod29agu2022
maiwanews – Nilai investasi asing di Indonesia mengalami penurunan atau dengan kata lain terjadi pergerakan arus keluar dana asing. Total dana asing yang keluar hingga saat ini tercatat Rp 167,4 triliun.

Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTA, Kamis (24/11/2022).

“Untuk foreign bond holder (investor asing) mengalami penurunan Rp 167,45 triliun. Artinya itu melepas bonds Indonesia,” kata Sri Mulyani.

Meski dana asing masih keluar deras dari pasa keuangan Indonesia, Sri Mulyani mengaku pasar keuangan tak terlalu bergejolak. Pasalnya kata dia, porsi kepemilikan asing di SBN kini hanya tersisa 14,06% atau menurun dibandingkan sejak 2019 yang mencapai 38,57%.

“Kalau melihat porsi (nvestasi) asing yang menurun, ini tidak menyebabkan guncangan (di pasar keuangan tanah air),” ujar Sri Mulyani lagi.

Sri Mulyani menjelaskan alasannya, kini pemegang obligasi pemerintah didominasi oleh Bank Indonesia (BI) dengan porsi 25,74%, perbankan 24,74%, asuransi dan dana pensiun 16,88%, dan investor domestik dengan porsi 18,58%.

Namun Sri Mulyani juga menjelaskan, secara bulanan, pasar SBN pada November 2022 telah menunjukkan perbaikan dengan mencatatkan masuknya aliran modal asing sebesar Rp 10,66 triliun atau berbanding terbalik dengan Oktober 2022 yang mengalami capital outflow sebesar Rp 17,03 triliun.

Menurut Sri Mulyani, mulai kembalinya modal asing ke tanah air dikarenakan inflasi AS yang mulai terkendali dengan turun ke level 7,7% pada Oktober 2022. Realisasi itu kata dia, menjadi sinyal adanya potensi perlambatan kenaikan suku bunga AS untuk ke depannya.

Seperti diketahui, ancaman inflasi di Amerika, memaksa otoritas perbankan di negara itu menaikkan tingkat suku bunga yang menyebabkan para investor berbondong-bondong menarik uangnya dari seluruh dunia termasuk Indonesia.

Itulah sebabnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar beberapa waktu belakang ini ikut tertekan sehingga memaksa Bank Indonesia menggelontorkan cadangan devisanya agar rupiah tidak semakin terpuruk.