
maiwanews – Asosiasi tempat petani kelapa sawit Indonesia berhimpun meminta pemerintah tetap membuka keran ekspor minyak sawit mentah. Permintaan ini menyusul kebijakan untuk menghentikan sementara ekspor minyak sawit mentah dan minyak goreng.
Anggota Dewan Pakat APKASINDO (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) Wayan Supadno mengatakan, larangan ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan minyak goreng mengancam kehidupan petani. 2,6 juta kepala keluarga petani bergantung pada ekspor CPO dan minyak goreng. Pernyataan ini dikutip VOA hari Senin (25/04/2022).
Wayan Supadno menjelaskan, produksi CPO mencapai 47 ton pertahun, 30 juta ton diantaranya diekspor. Jika kegiatan ekspor dilarang, maka akan berdampak pada petani sawit di mana minyak goreng berasal dari CPO dan CPO berasal dari TBS (Tandan Buah segar). Kebijakan pemerintah ini sangat memberatkan dan menyakitkan.
Terlebih laranga ekspor datang disaat petani sawit menghadapi berbagai masalah. Wayan Supadno mencontohkan, kenaikan harga pupuk akibat pandemi COVID-19 (Corona Virus Disease 2019), belum lagi efek dari perang Rusia-Ukraina. Sementara pabrik sawit tidak mau menampung sawit dari para petani karena takut tidak laku.
Harga sawit telah mengalami penurunan dari Rp3.600 per kilogram menjadi Rp2.400. Pengentian ekspor juga akan merugikan negara karena akan kehilangan devisa senilai Rp510 triliun per tahun. Negara juga akan kehilangan pajak ekspor sebesar Rp85 triliun per tahun, ditambah kehilangan pungutan ekspor oleh BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) senilai Rp71 triliun per tahun. (z)
Appi Beberkan Rencana Pembangunan Stadion Hingga Keselamatan Transporasi
Petugas Identifikasi Jenazah Ferdina Buma, Korban KKB Yahukimo
Musim Ketiga Porsche Sprint Challenge Indonesia Dibuka di Sepang
AS Sanksi Pemberi Dukungan Finansial, Militer, dan Pengadaan ke Korut
Lavrov: Rusia Ingin Hubungan Normal dengan Amerika Serikat









