Budayawan dan penyair WS Rendra meninggal dunia. Indonesia kehilangan seniman terkemuka. Seorang sastrawan, penulis, dan dramawan berkaliber internasional, WS Rendra (74 tahun) yang dikenal dengan sebutan si Burung Marak, meninggal dunia pada Kamis (6/8) malam, sekitar pukul 22.30 di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Depok, Jabar.
Kerabat Rendra yang juga Direktur Eksekutif Lembaga Kajian dan Survei Nusantara, Gugus Joko Wasito, mengirimkan kabar duka ini. “Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Telah meninggal (dunia) baru saja Mas WS Rendra di RS Mitra Keluarga, Depok. Mohon didoakan, trims,” demikian isi pesan singkat (SMS) dari Gugus Joko. Saat-saat terakhir, sang istri –Ken Zuraida– terus mendampingi Rendra.
Pria bernama lengkap Willy Sulaeman Rendra (Willibrodus Surendra) ini lahir di Solo, Jateng pada 7 November 1935. Beberapa bulan terakhir ini, rendra sering masuk rumah sakit akibat menderita gangguan jantung. Dia juga secara rutin menjalani cuci darah akibat gangguan kesehetan yang dideritanya.
Sejak SMP, Rendra dikenal memiliki bakat seni yang luar biasa. Ayah Rendra, Broto, merupakan seorang seniman sekaligus guru bahasa. Sedangkan ibunya, RA Ratnadilah, adalah seorang penari serimpi.
Pria yang sempat kuliah di jurusan Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada ini juga pendiri Bengkel Teater. Karya-karyanya begitu dikenal luas di dalam dan luar negeri.
Riwayat Hidup
Willibrordus Surendra Broto Rendra (WS Rendra) (lahir Solo, 7 November 1935) adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai “Burung Merak”. Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Semenjak masa kuliah beliau sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah.
Pendidikan :
* SMA St. Josef, Solo
* Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
* American Academy of Dramatical Art, New York, USA (1967)
Beberapa karyanya dalam berbagai bidang:
-#-Drama
* Orang-orang di Tikungan Jalan
* SEKDA
* Mastodon dan Burung Kondor
* Hamlet (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama)
* Macbeth (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama)
* Oedipus Sang Raja (terjemahan dari karya Sophocles, aslinya berjudul “Oedipus Rex”)
* Kasidah Barzanji
* Perang Troya Tidak Akan Meletus (terjemahan dari karya Jean Giraudoux asli dalam bahasa Prancis: “La Guerre de Troie n’aura pas lieu”)
-#-Sajak/Puisi
* Jangan Takut Ibu
* Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
* Empat Kumpulan Sajak
* Rick dari Corona
* Potret Pembangunan Dalam Puisi
* Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta!
* Nyanyian Angsa
* Pesan Pencopet kepada Pacarnya
* Rendra: Ballads and Blues Poem (terjemahan)
* Perjuangan Suku Naga
* Blues untuk Bonnie
* Pamphleten van een Dichter
* State of Emergency
* Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api
* Mencari Bapak
* Rumpun Alang-alang
* Surat Cinta
* Sajak Rajawali
-#-Penghargaan
* Hadiah Puisi dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional pada tahun 1957.
* Anugerah Seni dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1969.
* Hadiah Seni dari Akademi Jakarta pada tahun 1975.
* Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2006.
Sumber: http://bandungtimur.com
